Bismillah ;)
Alhamdulillah, thumma Alhamdulillah, thumma Alhamdulillah.
Baru sedar, notion 19-forever itu sangat menyesatkan.
Err, maksud saya tidak begitu membantu. Setiap kali mengingat umur abang atau adik-adik saya jadi keliru dengan diri sendiri.
Sebenarnya dah umur berapa, ya aku ni?
*sigh* (-_-)’
Ya, saya akui, sangat teruk. Orang yang anti-math juga formula physics pun tidak begitu.
Hey, I’m turning 24 next year. And only last week I realize that. Seeing all of my cousins who are also my ‘rakan sebaya’ getting married and what not, made me wonder, why I was left behind :p haha. Peer preasure, they call this. I used to be number 1 in exams and whatsoever achievements among us. However, this time around, guess I need to give them way. That hurts the most. But that don’t bother me. Not at all. If He wills it, esok juga saya menikah (Miss Syeikh, 2011).
Sedar-sedar (mujur sedar) sudah menjengah ke November. Abang sudah mahu bertunang dan akan mendirikan rumah tangga kurang setahun dari sekarang, inshaALLAH.
And surprisingly, I’m in my middle of second semester as a Master-Jee. And I’ve done very least during my first semester. Though they said it’s normal to push everything back on our second semester, but I consider that a failure is inefficient for a chiku’s novice researcher like me. I read something like this yesterday..
“Orang yang melakukan perkara sia-sia, akan merasakan masa itu sangat kosong tidak bermakna juga membawa dia kepada penyesalan”
Dan yang sebaliknya, begitulah. Sekiranya kita beramal dengan perkara yang bermanfaat, kita tidak akan dirugikan. Indahnya islam mengajar kita untuk menjadi umat yang paling ngetop! Lagi top daripada Baim Wong. eh.
Above all, in 24 years of our so-called ‘living-life’, have we met the purposes of our existence in this world? If we said we do, how excel we are in performing our responsibilities as a servant and caliph if not for others, to ouselves at least? Naa~ keep the answer to youself, because I won’t even judge that. We know how ‘well’ we’re doing. Our solah, our tadarus, our akhlak, our ibadah and many more. He knows best indeed. To whom are we lying? No other, but our own self.
T________T
Saya sempat mendengar apa yang Diana Amir (pelakon) jawab bila ditanya wartawam Melodi tentang apa yang mendorong dia berubah untuk mula menutup aurat dan bertudung (jangan tanya kenapa saya tonton rancangan melodi tu sambil menolong emak memasak di dapur).
“Saya dengar kawan saya bercakap tentang islam dan saya sedar yang hidup kita di dunia ni, sementara saja. Akhirat itu yang lebih utama. Dan apa pun yang berlaku, saya harap saya tidak akan berpatah balik menjadi saya yang dahulu”
T________________________________T
Well, I was touched. Seriously.
Bagaimana manisnya iman itu dirasai hingga dia benci untuk kembali kepada keadaan jahiliah sebagaimana dia benci dicampakkan ke dalam api neraka. Itu bahagian dia. Rezeki juga ketentuan Allah buat dia.
Sedang kita?
Kita yang sudah merasa baik. Indah. Okey. Sempurna. Bagaimana pula kita menggenggam hidayah juga kebaikan dari Dia yang memberi kita nikmat iman juga islam itu?
Kawan, iman itu bukan percuma. Ia tidak akan kekal dalam diri tetapi pasti akan terluput tanpa kita sedari jika ia tidak dijaga dan dipelihara.
Imam Abu A’laa Almaududi dalam Dasar-dasar Islam (DDI) menegaskan bahawa iman dan islam itu perlu usaha untuk terus kekal dalam diri. Lahir sebagai muslim tidak menjanjikan kita selamanya akan kekal muslim.
Muslim kah kita jika seisi hidup kita tidak mencerminkan langsung keislaman kita itu? Mungkin ramai yang pernah mendengar, muslim atau islam itu bukan sekadar pada nama. Muslim dan islam itu datang pada amal dan perbuatan kita. Kadang-kala orang yang bukan islam pun lebih ‘islam’ berbanding kita. Dan kita okay dengan itu. Apakahhh?
Kalau kita tidak mahu menerima islam sebagai cara hidup, kita belum benar-benar muslim. Kalau kita belum mengamalkan islam juga ibadah kita dengan penuh kesedaran dan juga kesengajaan melakukannya demi redha Allah, kita belum juga benar-benar islam.
Eh, jangan marah saya kalau saya menuduh atau mengatakan yang kita ini belum cukup muslim. Marahlah kepada Inche Abu A’laa Almaududi, ya. Beliau yang berkata begitu dalam DDi ;) sekian,aman
(-_^)Y!
Err, I thought I started with something like ‘how time flies’ but obviously, I ended up with something else. Heh, genetically programmed, please pardon the flaw.
Ya, masa begitu pantas berlalu. Normal, akhir zaman dan saya kira kita semua tahu itu. The fact that we know about it, has it changed us into something better which makes us MORE human?
Kalau belum, mari kita mulakan perjalanan menuju ke ‘sana’ dengan mencari kebenaran juga erti hidup ini yang sebenarnya.
Dia sudah beri kita segalanya. Jiwa yang sempurna untuk mengenal baik dan buruk. Akal yang sihat untuk mengambil pengajaran. Sekarang, terserahlah.
Allah huAlam.
"From Anas bin Malik RA, the Prophet said:" The three things when it is on someone, they feel the sweetness of faith: Who is the love of Allah and His Messenger more than his love for the other who love to other people because God (and not because of a secular purpose); and hates to return to disbelief after Allah saved (from sin), as aversion will be thrown into the fire. " (narrated by Muslim)
owh adique! no need to quote me-lah... ade eh kak tulis camtu? still rs u're much more younger than 24 yrs old. masih 19 kan?
ReplyDeletetahun baru dh masuk.dgn penuh nekad utk hidup lebih bermakna, lebih gembira dan lebih penuh dengan warna-warna ceria..insyAllah..nways x jd ke kelantan - banjir yg sukar diduga bilakah akan pasang surutnya..
kakak,
ReplyDeletehehee ini utk credibility purpose ;)
inshaALLAH
jzkk utk semuanya.
mari!
mewarnai hidup dgn warna DIA dan pastinya dgn lbih tenang dan ceria ;)
smoga Allah berkahi kak dan semua yg lain ;)