Mencari jauh
Padahal dia dekat
Kerana dia selalu di situ
Dalam hati
Ya Allah, sampaikan aku padanya…
one day, everything will come to an end. and we will taste every fruit of our deeds.
Mencari jauh
Padahal dia dekat
Kerana dia selalu di situ
Dalam hati
Ya Allah, sampaikan aku padanya…
Bismillah
Last couple of week, I was on my home from Ilham. It was late at night, and Alhamdulillah, Yang Liya was very kind to pick me huwuuu~
(or else, I’ve to, maybe, somehow, experience another ‘gadis bermasalah thingy’. What a Shah Alam life~).
So, we went home. Err, okay, not directly home. That’s where the story begins. But let me remind you that, it’s not something ‘dramatic’ like this…
But it’s rather something milder. Mild case if I can say.
(“mild ke? Masyarakat dah nazak nak oii.. kau nak kata mild lagi? Hello? Duduk kat planat mana ni?” internal monologue. please ignore).
Liya’s ‘Anak gajah’s leg’ was flat or lacking of air or something, I don’t know but we need to go to any petrol pump to fix the situation so that we can arrive safely home (with God’s will).
So Liya went and checked the tyre while I was waiting inside the car. As another car was parked right beside us, I didn’t realize there’s something hiding right in front of the bushes. Okay, it’s not hiding if it’s right in front of the bushes right? Fine, they’re not hiding.
(Oppsss…! Terlepas, they pulok).
WHATTHEFISHERMEN’SFRIENDS?
Apa yang saya Nampak sebenarnya?
--------------------------> a couple of… husband and wife, lover or twin or siblings maybe?
Entah.
At that very point of time, I didn’t think that I can still give 70 excuses seeing them in such suspicious situation.
Lelaki + perempuan + dalam gelap =….?
Tepuk dada, tanya akal.
Hagaknya, kalau semua orang nampak ‘keadaan’ macam tu dan masih memberi beberapa sebab untuk men’justify’ ‘kesalahan’ orang lain, apa akan jadi pada dunia, ya?
Pemberi Alasan A: ohhh… agaknya, dia orang tu, adik-beradik. Sejuk sangat sampai kena pegang-pegang untuk transfer haba kot
Penyebok B: Err? Homeless kah mereka? Rumah dah tak boleh nak provide haba?
Baiklah! Ini bukan masa untuk ‘bersangka baik’ lagi. mari bertindak!
I was about to just go and approach them, but I think, I might not be able to take that guy’spelempang or something. So I was just starring while showing off my ‘menyampah’ face. I have this very ‘great’ facial expression reputation that nobody could stand it (over di situ). Seriyes, siap buat gaya macam mengutuk terang-terangan sampai lelaki tu macam….
“Kau ape hal? Ada masalah dengan aku?!!”
And I was like… hold on… hold on… backspace… backspace… backspace…
What was actually happening here?
Was it me to be blamed?
HELLO…?
It was only a 15-seconds drama and i’ve turned it like something EXTRAVAGANZA one.
Anyway, luckily Liya has done with her ‘Anak gajah’ business and we were off right before that guy bangun and hempuk me or… maybe it’s Liya’s ‘Anak gajah’. Phewww~
Motif?
Allah huAKbar.
First: Mencegah dengan tangan, mulut atau hati (serendah-rendah iman). Kalau benda tak baik jadi depan mata, tapi tak rasa apa, harus check hati. Bukan check hati sakit atau tidak. Tapi periksa samada masih ada hati atau tak.
“Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (17:74)
Second: MESTI INGAT, syaitan akan SELALU RAJIN dan tak pernah putus asa untuk menyimpangkan kita dari jalanNYA.
Our life is just like a long journey. It’s a long path with so many doors on our left and right along the way. And these syaitonirrojim would strive their best to drag us altogether with their ‘clan’.
Mari periksa. Ada 6 peringkat/strategi untuk syaitanirrojim melalaikan kita dari tujuan hidup kita yang sebenar which is, untuk menuju kepada DIA. They are:
1. Menyuruh manusia untuk kufar kepada Allah
2. Menyuruh manusia untuk melakukan perkara bid’ah
3. Menggalakkan manusia untuk melakukan dosa besar
4. Menggalakkan manusia untuk melakukan dosa kecil
5. Menyibukkan manusia dengan perkara harus
6. Menyibukkan manusia dengan perkara yang bukan priority.
Agak-agaknya, di mana kita ya?
Mungkin sahaja, kita di peringkat 4. Selalu melakukan dosa kecil dan sebenarnya harus khuatir, sebab senang saja boleh upgrade ke pringkat 3.
Atau mungkin saja kita disibukkan dengan perkara-perkara harus. Contohnya, macamkerja dan urusan dunia kita. Dari bangun tidur, sampai tidur balik. Kadang-kadang sampai dalam mimpi pun sebab dan terlalu overwhelm dengan apa yang kita lakukan. Malangnya, bukan kerana DIA, tapi sebab nak isi perut je. Kerja sebab nak duit, ada duit nak makan. Dah makan, ada tenaga, boleh kerja balik esok. Oh mann…! What a life?!
Bukan saya menolak usul untuk kita bekerja keras sebab Allah pun tak pernah nak halang…
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (28:77)
Tapi Dia juga dah remind…
“Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (9:24)
Mari koreksi diri!
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (3:110)
“Seseorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya…”
Sambung sikit…
Anda pasti tidak tahu… dengan keadaan saya yang hanya Tuhan saja yang mengerti betapa ‘berserah sajalah’ masa tu, memang saya tidak akan ‘wishful thinking’. Tidak akan ada sky jet atau roket Dato’ Sheikh Muszaphar yang akan angkut saya ke tempat yang saya paling mahu pergi masa tu. Betapa mengidamnya saya mahu jadi Pelompat masa tu (read: How I wish I could be somebody like ‘Jumper’).
Seorang kawan selalu berpesan;
“berharaplah, kamu akan menuju apa yang kamu harapkan itu”
di mana, saya rasa frasa yang paling tidak praktikal untuk tempoh 2 jam yang menduga keimanan itu TT___TT. Allah huAkbar, Allah huAkbar, Allah huAkbar… walaupun hati dah gemuruh tahap dewa, saya jalani juga apa yang Tuhan sediakan untuk saya pagi itu sebab walau bagaimanapun, apa yang nak jadi, akan jadi.
----------------------> Makanya, mari rempuhi saja apa yang tersedia depan mata. Lepas 2 jam itu nanti, tak akan ada siapa pun yang ingat apa yang berlaku dalam tempoh itu. Dan tahu-tahu saja, saya sudah sampai ke KTM Shah Alam dan bersedia untuk ke UiTM pula.
Aihh? Macam itu saja ke?
Err… okey, saya mahu menujukan penghargaan saya yang tidak terhingga kepada cik amoi manis yang sungguh bertabah duduk di sisi saya dengan keadaan saya yang ‘beralun’ macam bandul dalam makmal sains pelajar tahun 4 di sekolah [+_____=]“ siyess ma-lu gi-la. Tapi sebab dah mengantuk sangat, saya pun tak mahu kisah dah. Bila keluar dari perut keretapi itu,tak ada siapa akan ambil tahu pun kan? (thehehee ^^).
Saya sampai di pintu gerbang UiTM tepat jam 8.55 pagi. Ada lima minit sebelum kelas bermula dan disebabkan kuasa kuda kaki saya belum dinaikkan grade (upgrade) nya lagi saya mengambil ‘sedikit’ masa sebelum saya berjaya masuk ke dalam dewan dengan penuh sopan dan manisnya walaupun dah lewat 15 minit.
Lihat? Tak ada apa-apa yang serius pun yang berlaku, bukan? Itulah point saya sebenarnya.
Selalu kita risaukan yang bukan-bukan, yang tidak-tidak. Kalau lambat nanti, macam mana? Kalau tersangkut di tengah kesesakan lalu lintas nanti, bagaimana? Kalau itu macam mana? Kalau ini, bagaimana pula?
Dan banyak lagi kalau-kalau yang lain bila sebenarnya, Dia sudah manyiapkan yang terbaik untuk kita.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (2:216)
Saat kita diuji, memang terasa berat cubaan itu tapi, bila sudah kita lewati, apa yang kita belajar? Apa yang kita tahu? Apa yang kita syukuri, paling penting?
Begitulah. Macam yang saya celotehkan di atas. Selepas tempoh 2 jam nanti, tidak akan ada siapa yang akan ingat apa yang berlaku. Selepas tempoh 2 jam nanti, tak akan ada siapa pun yang akan kisah apa yang terjadi.
“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (39:49)
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.”(47:31)
Rugilah kita andainya penantian, ujian juga setiap yang kita lalui itu kita anggap bagai suatu perjalanan waktu sahaja. Ehh macam lagu Jacklyn Victor pula “…penantian hanyalah waktu…” ececeeyhh… okey. Cukup karutan di situ.
Ya, malanglah kita sekiranya dengan setiap apa yang berlaku, tiada apa yang kita pelajari. Tiada apa yang kita dapati dari hidup. Bahkan, lebih buruklah nasib kita jika tiada sedetik pun dari itu bertambah rasa syukur juga cinta kita padaNYA yang selalu menjaga kita.
Allah huAkbar, Allah huAkbar, Allah huAkbar walillahilhamdh.
Kita sibuk mahu selesaikan urusan kita dengan manusia. Menjaga masa, detail setiap urusan dan macam-macam lagi supaya imej, reputasi, nama apa-apa sahajalah mengenai kita di mata ramai. Mungkin yang lebih utama di mata pihak atasan yang menilai dan yang mungkin mempengaruhi ‘masa depan’ kita.
Tapi, bagaimana pula urusan kita dengan DIA?
Solat kita, tingkah laku kita dan sebagainya sedang DIA maha melihat? Maha mengetahui? Di mana malu kita pada DIA?
Mungkin sungguh mustahil untuk kita tidak menjaga hubungan dengan mereka yang ‘di atas’ kita sebab sedari mula kita yang telah ‘mengikat’ diri kita dengan mereka. Tetapi setiap perkara itu sudah DIA gariskan peraturannya. Sudah DIA aturkan agar amanah kita tidak kita ingkari, hak DIA tidak kita tinggal lari.
Mari kita fikir dan rasionalkan semula. Semoga tangan yang menulis, juga mata pertama yang membaca ini diberi kekuatan untuk melaksanakan apa yang dilafazkan.
Bismillah…
Allah huAkbar, Allah huAKbar, Allah huAkbar Walillahilhamdh.
Satu perkara, saya memang seorang yang ‘bertenang terlebih’ dan koboi (ad-hoc) tapi selalunya saya akan mencuba sedaya-upaya supaya perkara yang akan saya jalani tidak lari dari definisi ‘rutin’ walaupun perkara yang rutinitas itu sungguh-amat membosankan. Tak ada thrill. Tak ada life.
Tapi, kadang-kala, bukan semua perkara boleh kita letakkan risiko yang tinggi. Contohnya, macam bila esok kita ada peperiksaan akhir yang sangat-amat-terlalu genting tetapi kita mahu mencuba tahap kecekapan IQ kita dengan hanya belajar bila ada masa 8 jam sahaja lagi sebelum ke dewan peperiksaan dengan anggapan tindakan kita itu sungguh cool bergaya. Apakahh??
Itu namanya, menempah maut, dan ulangan suara (untuk perhatian) di sini ya, tindakan meletakkan diri pada risiko yang sebegitu amatlah tidak cool langsung. [=___=]”
Tapi saya secara peribadinya telah melakukan perkara yang sebegitu. Wahhh… loka-logiknya, memang saya tidak akan menduduki peperiksaan akhir tahun atau hujung semester kerana saya hanyalah seorang ‘pengkaji chiku’ (chikus = young and inexperienced researcher) tetapi saya perlu menghadiri siri-siri modul untuk melengkapkan semester pertama saya sebagai ‘pengkaji chiku’ atau saya perlu mengulang semester (bahasa pasarnya, repeat sem) pula nanti. Saya tidak mahu menjadi Chikus untuk kali kedua… TI-DAK…!!!
Tapi…
Ini yang berlaku pada yuyu lepas…
Kak Syimah (bukan nama sebenar): kenapa Ain (bukan nama sebenar) nak kena balik Shah Alam balik?
K. Ain (bukan nama sebenar): Sebab Ain (bukan nama sebenar) nak hantar Muna (bukan nama sebenar) balik malam ni. Esok pagi-pagi lagi dia ada modul.
Me: ‘wait, sit and take’
Kak Syimah (bukan nama sebenar): Tak payah. Ain (bukan nama sebenar) stay. Muna (bukan nama sebenar), esok ambil train pukul 7. Stop kat Central, then ke Shah Alam.
Me & K.Ain (bukan nama sebenar): Err…
Tsiqah je la. Mama kan… tapi dalam hati dah macam-macam prasangka jahiliah dibentuk. Nampak sangat masih suka bersangka-sangka [=____=]” Astaghfirullah…
saya memang gagal (fail) bab pembezaan jarak tapi bila sampai bahagian genting sebegini, tiba-tiba jadi arif pula. Keadaannya begini…
KTM Kajang ------> KL Central ------> KTM Shah Alam ------> Dewan Kuliah, Fakulti Kejuruteraan UiTM Shah Alam
Dan saya hanya ada 2 jam untuk semua itu. Kebarangkalian untuk saya menyertai modul atas masa (on time) memang senipis plastik yang balut (cover) gula-gula susu cap arnab putih yang boleh cair dalam mulut tu. Memang tak ada harapan. Dengan sistem pengangkutan awam yang akan suka buat hal bila kita memerlukan atau dalam suasana terdesak, terasa diri sendiri amat hopeless. TT______TT
Tapi anda tahu….?
bersambung...