In the name of Allah, my Lord, my Everything.
Allah huAkbar, Allah huAkbar, Allah huAkbar walillahilhamdh.
Semalam, selesai yuyu, saya seperti menadapat satu tamparan hebat. Err, I mean, baru tersedar bila kena ketuk. Perkara yang saya buat ini, sesuatu yang serius. Kalau nak main-main, mungkin harus cari perkara lain. Main guli ke, tuju tin ke, galah panjang ke, apa-apa lah. Yang penting, yang dimain-mainkan itu bukan perkara ini.
Mungkin kalau saya tidak bersungguh, tiada kesan yang teruk pun ke atas perkara ini sebab hebat atau tidaknya perkara ini bukan terletak atas diri saya yang lemah ini, tetapi pada DIA yang mengizinkan setiap perkara itu untuk berlaku. Tetapi saya SANGAT SANGAT SANGAT SANGAT SANGAT SANGAT membutuhkan perkara ini, justeru, mahu atau tidak, memang saya SANGAT SANGAT SANGAT SANGAT SANGAT SANGAT perlu untuk bersungguh-sungguh melakukannya.
Wahhhh…. Memang stress. Perjalanan pulang dari lokasi terakhir saya dan adik-beradik lain menghadiri yuyu yang memakan masa hampir dua jam itu terasa sangat panjang dan jauh (melomparl-ompat kenderaan awam juga menggunakan kaki kuda saya memang memakan masa). Kepala berat memikir apa seterusnya, bagaimana nanti jalannya… macam-macam.
Saat-saat begini, baru nampak, selama ini (especially belakangan ini) sangat self-centered. Kerja sendiri, yuyu sendiri, duit poket sendiri, semuanya s sendiri lah… Alhamdulillah semalam, memang kena ketuk dengan tafsir surah almulk. Membuka hati pada pandangan yang lebih jelas. Allah huAkbar, Allah huAkbar, Allah huAkbar, walillahilhamdh.
Satu nikmat yang sering dipandang enteng. Bak kata Inche Puan Erra Fazira dalam “Kuliah Cinta”, -----> benda depan mata, selalu disia-siakan. Inikan pula benda yang ada dalam diri, tertanam sebagai fitrah, plausibility untuk terluput dari ingatan itu sungguh-sungguh sangat tinggi…
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” (Ar Rum 30:30)
Nikmat iman, juga islam. Tetapi nikmat yang paling agung itu adalah… bila ALLAH menjadi Rabb kita. Dengan itu DIA mentakdirkan iman juga islam kita.
Bencana Tsunami di Jepun masih terasa sangat dekat dan baru. Ingatan dari DIA, pengajaran buat kita. Ujian kita di Malaysia, mungkin ujian “berada dalam keadaan selesa”. Complesant. Itu sudah cukup berat tetapi masih, apa tindakan kita? Apa peranan kita?
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar Rum 30: 41)
Keadaan saudara seislam kita di sana Alhamdulillah selamat. Mereka tinggal sementara di dalam sebuah bangunan yang terputus bekalan elektriknya (beberapa hari yang lalu. Sekarang, mungkin keadaan sudah membaik). Harus berjimat dan mencatu segalanya dengan teliti dan rapi. Perancangan harus bijak dan berfikir panjang. Bukan itu yang meruntun hati, juga jiwa. Tetapi, apa yang terjadi di luar bangunan itu yang menyedihkan.
Manusia sujud menyembah bumi. Bumi itu yang disembah, bukan ALLAH, rabb yang menjadikan kita, yang mencipta, memelihara dan mengasuh (mendidik) kita.
Bila diuji dengan kehilangan jiwa (nyawa), harta dan segalanya, ramai yang kehilangan punca. Bingung. Harus ke mana? Harus meminta pada siapa? Harus menyerahkan masa depan pada siapa? Mahu menyangkutkan harapan pada apa? Buntu. Keliru. Hingga-hingga, bumi itu yang disembahnya. Hilang dunia, lenyap bumi, berakhirlah kehidupan juga segalanya bagi mereka yang tidak mempercayai kehidupan selepas mati, yang kekal abadi.
Maka, nikmat yang paling agung itu adalah, apabila ALLAH menjadi Rabb kita.
Non Muslim Student 1: So, the world is showing her ‘last days’. What can we do now?
Non Muslim Student 2: Let’s just wait and see.
Non Muslim Student 1: We studied and live for over than 20 years… for nothing?
Maka, kerana itulah, nikmat yang paling agung itu adalah, bila ALLAH menjadi Rabb kita. Yang memberitahu kita tujuan hidup di dunia sebagai landasan untuk ke ‘dunia sana’ yang seharusnya menjadi matlamat kita.
“Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.” (Ar Rum 30: 40)
Allah huAlam...
hidayah Allah juga satu nikmat kan?
ReplyDeletesebenarnya sangat susah nak timbulkan rasa syukur bila kita sentiasa ada semua benda, once dah takda baru perasan kewujudannya. makanya perlu sentiasa ingat mengingatkan...
saya rasa macam nak buka lembaran baru bila baru pulang dari daurah..
rasa nak grad cepat-cepat.
yana:
ReplyDeletebetul3.... hidayah, iman, islam... semuany nikmat yang x terungkap ke'best'an nya...
teringat sorg sister pnah cakap:
"Takkan semourna iman jika tak diuji"
berbahagialah yana sebab sering diuji dengan keadaan, dan macam2 lagi... ^^
gard cecepat... inshaAllah, ok smuany... smoga Dia tunjukkn yg terbaik **
lembaran baru... ^^ muna pun rasa mcm tu lepas balik dari daurah...
mari BERUSAHA!!!